
Siapa yang tak kenal dengan sosok Joker? Ia adalah
sosok fiksi legendaris yang menjadi musuh abadi dari Batman. Ditambah lagi
sekarang muncul film stand alone Joker
di layar lebar. Film ini cukup fenomenal hingga sering dibicarakan banyak orang, tidak hanya
dikalangan para penonton awam tapi juga para kritikus film. Film yang disutradai
oleh Todd Phillips dan dibintangi oleh aktor yang terkenal dengan method acting-nya yakni Joaquin Phoenix.
Film Joker versi yang terbaru ini mampu membawa kita kedalam kelamnya kehidupan kota Gotham dan mampu meraup
simpati dari penonton tentang bagaimana perjalanan Joker dari seorang badut
penghibur yang menapaki jalan untuk menjadi Stand
Up Comedian namun gagal dan merasa dipermalukan hingga melahirkan sosok
yang bengis dan “sakit”.
Film ini di-direct cukup rapi dengan pendalaman
karakter yang brilian dan berkat akting yang luar biasa dari Joaquin Phoenix membuat
kita merasa sosok Arthur Fleck dengan gangguan mental dan penyakit suka tertawanya seolah terlihat riil di dunia nyata, sehingga muncul pertanyaan mungkinkah karakter seperti Joker ada didunia nyata?.
Kali
ini kita tidak akan membahas tentang film Joker secara keseluruhan, namun kita
akan berfokus pada gangguan mental dan penyakit suka tertawa yang dialami oleh
Joker. Penyakit suka tertawa Joker (phatological
laughter) dan gangguan mental ternyata memang ada didunia nyata, penyakit
tersebut bernama pseudobulbar affect dan
mental illness..
Apa itu pseudobulbar affect (PBA)? Dilansir dari pbainfo.org, pseudobulbar affect adalah kondisi yang menyebabkan tertawa dan menangis tidak terkontrol serta terjadi secara tiba-tiba dan berkala. Hal ini bisa terjadi pada orang yang menderita cedera otak atau kondisi neurologis tertentu. Orang yang menderita PBA akan langsung menangis jika mereka merasa sedikit sedih dan bahkan saat tidak sedang sedih pun mereka bisa saja menangis.
Begitu juga dengan tertawanya orang PBA, mereka bisa tertawa
keras walau hanya merasa sedikit terhibur dan juga mereka bisa saja tertawa
meskipun tidak ada hal yang lucu. Pseudobulbar affect kadang-kadang didiagnosis
sebagai gangguan mood terutama depresi atau gangguan bipolar. Padahal PBA dan
depresi serta bipolar tidaklah sama.
PBA dapat memiliki dampak besar pada kehidupan seseorang yang mengalami kondisi
tersebut, serta pada anggota keluarga dan kerabatnya.
Gangguan ini dapat
menimbulkan rasa malu dan cemas yang mengarah pada penarikan diri dari
lingkungan dan sampai kepada tahap isolasi sosial. Hal ini tentu menjadi beban
tambahan bagi orang yang mengalami PBA. Dikutip
dari my.clevelandclinic.org, bahwa
belum diketahui sepenuhnya apa penyebab dari pseudobulbar affect.
Tetapi pada dasarnya selalu dikaitkan dengan
gangguan neurologis atau penyakit yang menyebabkan kerusakan atau cedera pada
otak. Gangguan, penyakit atau cedera yang terkait dengan PBA meliputi;
Alzheimer, Amyotrophic Lateral Sclerosis
(ALS), tumor otak, Lesi Cerebral, Multiple Sclerosis (MS), epilepsi,
neurosifilis, parkinson, Progressive
Supranuclear Palsy, pukulan, cedera otak traumatis, dan Penyakit Wilson.
PBA terjadi ketika kekurangan atau kehilangan kendali atas respon emosional. Berbagai daerah otak sepanjang jalur cerebro-ponto-cerebellar kemungkinan bertanggungjawab atas hilangnya kontrol penghambatan atau regulasi pada ekspresi emosi. Bagian dari jalur ini termasuk otak kecil yang berfungsi untuk memonitor respon emosional dan memastikannya sesuai dengan situasi sosial yang sedang terjadi.
Gangguan pada jalur saraf dari area otak tertentu dapat
menyebabkan kurang atau bahkan hilangnya kontrol atas ekspresi sosial tersebut. Kemudian,
dalam diri Joker tidak hanya terjadi gangguan neurologis tetapi juga mental illness atau disebut juga
penyakit mental. Gangguan mental ini bisa saja disebabkan karena mendapat
tekanan batin yang amat berat bagi si penderita dari society dan lingkungannya. Mengutip dari mhnational.org, mental
illness adalah kondisi berbasis otak yang mempengaruhi pemikiran, emosi dan
perilaku.
Masalah penyakit mental mungkin terkait dengan stres berlebihan karena situasi atau serangkaian peristiwa tertentu. Seperti penyakit-penyakit lain, penyakit mental seringkali bersifat fisik, emosional dan psikologis. Penyakit mental dapat disebabkan oleh reaksi terhadap tekanan lingkungan, faktor genetik, ketidakseimbangan biokimia atau kombinasi dari semuanya.
- Komplikasi gangguan mental dan neourologis bisa melahirkan sosok seperti Joker didunia nyata jika tanpa penanganan yang tepat dan tanpa rangkulan dari orang terdekat. Oleh karena itu jika terdapat gejala-gejala gangguan neurologis dan mental baik pada diri anda maupun kerabat terdekat Anda segeralah periksakan ke neurolog atau psikolog.
comment 0 komentar
more_vert1. Dilarang Spam
2. Berkomentarlah yang baik
3. Dilarang menggunakan kata komentar dengan kata kasar atau sebagainya
4. Harap untuk tidak menyebarkan link yang membuat spam, rusuh. unsur porno, sara, dan sebangsanya
5. Komentar harus sesuai dengan isi artikel
*Jika ingin bertanya di luar topik, silahkan klik menu Off Topic